Pohon cendana atau Santalum Album merupakan tumbuhan asli nusantara. Keberadaannya sudah cukup langka. Karena, tumbuhan ini terus dieksploitasi oleh masyarakat.
Eksploitasi tumbuhan ini tidak dibarengi dengan peremajaan tumbuhan. Terlebih, cendana termasuk tumbuhan parasit yang sukar dibudidayakan secara serempak.
Diketahui bahwa cendana memerlukan pohon inang untuk hidup. Dan tumbuhan penghasil kayu wangi ini hidup subur di kawasan Maluku Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Cendana ini sendiri terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama disebut cendana merah yang ditemukan di Funan dan India. Sementara yang kedua dikenal sebagai cendana putih yang ditemukan di Indonesia.
Cendana sebenarnya bukanlah tumbuhan yang rewel. Asalkan lahan di sekeliling memiliki drainase yang baik, tumbuhan ini dapat hidup subur.
Pada dasarnya, cendana menyukai lingkungan dengan curah hujan sekitar 850-1350 mm per tahun. Sederhananya, daerah tersebut memiliki musim kering yang cukup lama dibandingkan dengan musim hujan.
Tumbuhannya tidak suka dengan daerah yang penuh genangan air. Sebaliknya, cendana lebih suka tumbuh di area terbuka. Karena, tumbuhan ini sangat memerlukan asupan sinar matahari yang cukup.
Menariknya, cendana tetap bagus ketika ditanam pada lahan kering. Bahkan ketika tanaman lain tidak subur, cendana masih dapat beradaptasi dengan lahan tersebut.
Ketika tumbuh dewasa, cendana bisa mencapai ketinggian 20 meter dengan diameter sekitar 40 cm. Tentunya, pohon seperti ini akan sangat menggiurkan di mata para pencarinya.
Untuk pemanfaatannya, pohon cendana sering diambil minyaknya sebagai bahan campuran parfum. Selain itu, kayunya sering dijadikan sebagai furniture mewah yang memiliki aroma harum.